Ritual Guru Pidugo, Candi Brahu Bejijong Trowulan Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia |
JAKMAS - Ritual Guru Pidugo yang merupakan memohon maaf kepada Leluhur atas kesalahan putro wayah yang masih hidup ini tidak bisa menjaga kehidupan yang baik letaknya di Candi Brahu Bejijong Trowulan Mojokerto, telah usai pada hari Kamis, 28 April 2024
Rombongan barisan pembawa sesaji yang diiringi gamelan khas suku Tengger dari kediaman Romo Eko yang tidak jauh dari lokasi Candi Brahu dan Candi Genthong. Pada Acara tersebut dimulai jam 21.00 hingga 01.00 wib berjalan hening,sakral dan sukses. Puja mantra yang dilantunkan dipimpin Romo Pandito Dukun Tengger Sukarji itu benar benar membuat suasana Candi Brahu berbeda dari biasanya.
Seterusnya Ritual Guru Pidugo malam itu, dihadiri beberapa padepokan dari sekitar Kabupaten Mojokerto,Sidoarjo,Gresik,Lamongan,Kediri, Lombok dan Pasuruhan.
Acara yang diprakarsai Nyoman Ardiana dan Made Dewi Kartini dari Lombok Mataram itu, intinya adalah berdoa untuk kejayaan Nusantara.
Tiga Tari Sakral Dari Tengger Iringi Ritual Guru Pidugo di Candi Brahu |
Dihadiri bukan Umat Hindu saja namun dari tamu beragama Islam ,Kristen,Penghayat,Budha. Sebagai penutup acara dilaksanakan Doa Lintas agama,dari Kristen Romo Eko,dari Islam Gus Irul,dari Kejawen Romo Joyo, dari Penghayat Romo Bentowah Eddy dan dari Hindu oleh Romo Putu.
Pandangan jakmas.com megikuti dalam susunan acara tersebut merupakan malam yang disajikan 3 Putri tarian sakral, pertama Tari Gambyong adalah tarian selamat datang untuk tamu agung, Tari Tumuruning Wahyu Langit yang ditarikan gadis kecil masih suci dan berikutnya Tari Bedaya Majasakti Majapahit. Pada intinya membangunkan para kasatriya untuk bangkit berjuang demi kejayaan kembali Ibu Pertiwi.
Selanjutnya Ke-3 Periode Tari tersebut merupakan yang disajikan untuk ritual itu, untuk persembahan dari Sanggar Tari Tetenger asuhan Romo Sukarji dari Mororejo Tengger dan dikhususkan untuk kegiatan ritual yang sakral.
Paparan dari Romo Pandito Dukun Tengger Sukarji,bahwa ritual Guru Pidugo adalah bentuk sungkem bhekti dan pengakuan bersalah kita pada leluhur karena, tidak bisa menjaga warisan peradaban leluhur yaitu perilaku budi pekerti dan peninggalannya. Sekaligus ritual malam ini, untuk memohon agar kejayaan Nusantara kembali menjadi Suar Dunia. Doa kami kagem leluhur sejak jaman Medhang Kamulan sampai Majapahit.
Adat,tradisi dan seni budaya tidak bisa lepas dari nafas kehidupan bangsa Nusantara sejak dahulu kala. Dan keindahan karena keragamannya inilah yang dikagumi Dunia. Salam Budaya Nusantara.